HANYA CATATAN SAJA

ini "HANYA CATATAN SAJA". bukan tulisan hebat. Tapi, bukan pula tak berarti. meski "HANYA CATATAN SAJA" ini merupakan tanda sebuah perjalanan.

MARI KITA IKUT MENANDAINYA...........

Jumat, Desember 07, 2007

EGO

Ego pada diri manusia merupakan sifat yang melekat pada individu, bersifat alamiah yang melekat pada diri manusia. Kecenderungan untuk mementingkan diri pribadi terhadap apapun bisa dikatakan ego. dominasi ego pada diri manusia sangatlah besar, saya yakin bahwa ego pada diri manusia cenderung mengalahkan hakikat manusia sebagai homosocius.
Banyak hal yang saya pelajari dari kehidupan, terutama bagaimana seharusnya kita hidup dengan memiliki ego yang melekat namun tanpa mengabaikan hakikat sebagai homosocius tadi. Saya belajar tentang bagaimana seharusnya menghadapi orang-orang disekitar yang senatiasa memandang rendah orang lain, cenderung mengecilkan dan mengucilkan, mementingkan ke-aku-annya, dan memandang bahwa aku lebih mampu daripada kamu. Satu hal yang saya ingat dari kata-kata bijak jawa yang mengatakan "luwih becik biso rumongso tinimbang rumongso biso" yang kurang lebih artinya seperti ini : lebih baik bisa merasa daripada merasa bisa. Jika biso rumongso itu bisa di representasikan dalam kehidupan keseharian, saya yakin dengan sendirinya ego yang terjadi pada personal seseorang akan berkurang--bukan hilang.
Ke-aku-an merupakan sebagian kecil representasi dari ego.
Ego tidak bisa hilang saya yakin itu, dan jika ego masih menjadi dominasi pada diri manusia kehidupan yang adil makmur sejahtera merata tak akan pernah tercipta.
Saya sudah membuktikan banyak hal.
Percaya saja.

Jumat, November 23, 2007

DOAIN AYAH, EL !



El, Ayah nggak pernah tau kapan kita akan berkumpul bersama lagi, Ayah pun nggak tau kita bisa berkumpul kembali atau enggak.


El, Ayah selalu berdoa agar El, tetp sehat, ceria nggak nakal, semalam bunda SMS, ia takut jika kamu ga kenal ma Ayah. Ayah yakin saat ini jika kamu sudah bisa ngomomng, pasti kamu nanya “Ayah mana Bun?”.


Tapi, El suatu saat nanti pasti kamu ngerti tentang Ayah. Jangan pernah marah ma Ayah, El.
Ayah pastinya ingin melewati hari-hari sama kamu. Tapi kondisi dan keadaan Ayah saja yang belum bisa, suatu saat pasti bisa El.


Disatu sisi Bundamu seorang yang hebat tapi, disisi lain bundamu egois.
Sekarang El ma Bunda, sama Mbah Pekan dulu ya. Di Semarang Mbah Kung, Mbah Uti, Tante Dhenok, Om Wisnu dan Ayah kangen El.


Ayah belum punya duit buat jenguk El, Ma Bunda. Ayah masih nganggur. Tapi InsyaAllah ayah tetep berusaha, semua demi kamu anakku, El. Doain Ayah cepet dapat kerja. Sebenarnya El satu-satu hadiah buat Mbah Kung dan Eyang Uti di Semarang. Karena Ayah selalu ngecewain Mbah. Ayah baru bisa ngeliat kebahagiaan Mbah kalau ada El.
Doain Ayah ya…

TERNYATA WAKTU MEMANG BENAR-BENAR TERUS BERJALAN !


El, kini sudah bisa berdiri. Meski belum begitu tegak benar. Itu kata Bundanya, melalui telfon beberapa hari yang lalu. Kami saling bercakapan membicarakan Malaikat Kecil nun cantik, El. Saat istriku menelfon, El belum tidur. Jadi suara ocehanya sesekali terdengar jelas di telfon. Kadang ia tertawa atau merajuk ketika Bundanya melarangnya untuk berdiri-takut kecapean lalu el rewel. Yang pasti aktifitas El yang aku bayangkan pasti sudah lincah dan bandel layaknya balita seusianya.
Sudah 5 bulan aku berpisah dengan malaikat kecilku. Berarti selama itu pula aku tidak memantau perkembangan putrid pertamaku secara langsung. Uh, sayang!. Padahal anak seusia itu pasti sedang lucu-lucunya dan sudah barang tentu kebahagiaan tersendiri yang dirasakan seorang ketika bisa bercanda dengan anaknya.
Ternyata waktu memang benar-benar terus berjalan, sementara aku sepertinya masih terdiam saja di satu tempat. Waktu telahmembesarkananakku, dan aku semakin kecil dengan keadaanku saat ini. Aku tidak bisa menjadi seorang Ayah idaman bagi anak dan Istriku. Aku tetap seorang pengangguran.
Bagiku hanya satu yang saat ini harus segera aku raih ; Pekerjaan. Ya, apapun pekerjaan itu yang penting aku memiliki penghasilan untuk sekedar membeli susu atau baju-baju baru yang lucu-lucu untuk El. Apapun akan kulakukan.
Sejak kecil aku bercita-cita menjadi seorang wartawan. Sejak kelas 6 SD. Saat inipun masih. Terlebih sejak aku mengenal dunia jurnalistik di awal tahun 2004, keinginanku menjadi seorang jurnalis semakin menjadi. Aku mengenal dunia jurnalis berawal dari seorang stringer(kalau istilah saya wartawan Bantu/wartawan pocokan). Saat itu aku bersama seorang sahabatku SGR membantu Pak Bens, koresponden salah satu stasiun TV swasta nasional di Semarang. Setiap hari aku selalu melakukan kegiatan peliputan untuk Pak Bens di wilayah Ungaran dan Kota Salatiga. Berbagai peristiwa aku alami bersama SGR. Denga berbekal kamera Panasonic MD-9000, aku dan SGR berperan layaknya 1 tim jurnalis tv professional. Sungguh aku menikmati semua itu. Tentanya dari kegiatanku setiap hari itu setiap akhir bulan aku mendapatkan honor yang cukup, selain yang paling penting ilmu tentunya.
Sejak awal 2007 aktifitasku membantu Pak Bens berhenti. SGR lebih beruntung. Seberhentinya ia membantu Pak Bens, ia langsung melompat ke TRANS TV sebagai kontributor di wilayah Jawa Tengah bagian selatan. Aku berhenti bukan karena bosan terhadap aktifitas yang itu-itu melulu atau bosan terhadap Pak Bens, sama sekali tidak bahkan sampai detik ini dan kapanpun aku tetap menganggap Pak Bens sebagai guru yang terbaik. Aku berhenti bukan untuk selamanya, “suatu saat aku pasti kembali”.
***********
Ternyata waktu memang benar-benar terus berjalan. El sudah bisa berdiri sendiri meski belum benar-benar tegak. Dan aku masih saja di sini. Aku seperti menjadi seorang ayah yang tidak berarti. Waktu telah membesarkan El. Akupun dituntut waktu untuk segera memenuhi segala sesuatunya untuk anakku. Kini aku harus bekerja apapun, meski bukan menjadi seorang jurnalis TV. Kebutuhan yang mendesakku untuk bekerja apapun. Sebenarnya berbagai upaya telah aku lakukan demi mewujudkan cita-citaku menjadi seorang jurnalis TV. Mulai dari menyebar puluhan surat lamaran dan CV ke stasiun TV hingga memohon orang-orang TV yang aku kenal untuk merekomendasikan aku menjadi kontributor, termasuk kepada sahabatku SGR.
Tapi mungkin karena memang tidak ada lowongan atau barangkali karena pendidikanku yang hanya tamatan SMU yang kini sedang berupaya merampungkan Study S-1 dengan tertatih-tatih, atau Tuhan punya rencana lain. Entahlah yang pasti beberapa hari yang lalu seorang sahabatku yang lain menelfon dan memintaku untuk mengirimkan CV ku ke media cetak nasional, yang juga tempatnya bekerja dan itu ssudah aku lakukan.
Aku tidak pernah tahu apa yang terjadi hari esok. Yang aku tahu saat ini hanyalah perasaan ngeri karena Waktu yang ternyata memang benar-benar terus berjalan dan kini anakku El sudah bisa berdiri meski belum tegak benar.


”SEMOGA KELAK AKU BISA MENATIHMU SAAT KAMU SUDAH INGIN BELAJAR BERJALAN,NAK!”

Selasa, November 13, 2007

TOLONG TUHAN, AKU LETIH......


Tuhan kemana aku akan melangkah, jika setiap perjalanan yang harus kulalui beralas duri, telapak kakiku berlumur darah, perih, luka, sakit.

Tuhan, alas apa lagi yang akan Kau beri, untuk mempertahankan ini...................................

DILEMATIS



Aku pun tidak yakin betul kenapa tiba-tiba aku memberi judul tulisan ini ; DILEMATIS. Seolah-olah aku sedang dihadapkan pada dua pilihan dengan bobot yang sama, yang masing-masing memiliki konsekuensi yang sama ketika aku memilih salah satu dari pilihan itu.


Tidak, saat ini aku tidak seperti itu, hanya saja mungkin aku sedang mengalami sebuah keadaan yang aku sendiripun tak tahu apa namanya yang jelas aku bisa merasakan.


yang jelas saat ini aku seperti orang yang hidup tanpa tujuan. huh cukuplah........................................................................................ Aku kangen kamu El............................................................. kapan kita bisa berkumpul lagi????????????????????

Selasa, Oktober 30, 2007

HUJAN,IS



Is, begitu aku mengenal namanya. Perempuan masih sebaya denganku. 24 tahun. Tingginya sekitar 165, rambutnya merah diwarna, matanya bening, tatapannya tajam. Cantik.
Aku mngenalnya di jalan Bandungan,saat kami secara tak sengaja berteduh dari hujan, di emper kios toko yang sedang tutup. Sebenarnya tidak ada yang istimewa. Semuanya serba kebetulan.
Karena hanya ada aku dan Is, aku lantas mencoba membuka pembicaraan, agar suasana tidak beku. “Darimana Mbak?”, begitu aku membuka pembicaraan. Sedikit kaku memang. Tapi, lumayan sebagai upaya memecah kebekuan suasana. “Dari sana mas, di seberang jalan itu”tangan is menunjuk hotel diseberang jalan. Sebuah hotel kelas melati yang lumayan bagus di kelasnya.
“Oh, dari luar kota, liburan dan bermalam mbak?”
“Enggak kok, aku kos di daerah sini, paling seratus meter dari sini”
Aneh, itu kesan yang aku tangkap setelah is mengatakan bahwa ia kos di daerah tersebut. Lantas kenapa ia keluar dari hotel. Ah, aku ini terlalu ingin tahu banyak urusan orang lain. Bukankah sah saja seseorang mau pergi ketempat manapun yang ia suka. Barangkali ia sedang bosan tidur di kos, lalu memboking kamar hotel untuk beberapa waktu untuk mendapatkan suasana baru. Atau barangkali kos tempat ia tinggal gentingnya bocor sehingga ia tidak bisa tidur karena kasurnya basah oleh air hujan, bisa saja.
Ada daya tarik tersendiri yang melekat pada Is, yang aku tak tahu. Hampir tigapuluh menit kami berteduh. Selama itu pula sesekali aku mencuri pandang, mengamati tiap geraknya. Ia cantik dan gemulai tiap gerakkannya. Sesekali tangan kecilnya menengadah ke kucuran air hujan yang jatuh dari genting. Lentik seperti menari dan bercumbu bersama hujan.
“Indah ya mas?”
“Apanya” tanyaku
“Hujannya”
“Oh…”
Benar-benar aneh. Hujan yang bagiku cukup sangat tidak menyenangkan karena dingin yang menyertainya nyaris membekukan tulang-belulang dan seperti menyumbat pori-pori tapi bagi Is hujan deras itu begitu indah.
Aku begitu benci dengan hujan. Aroma tanah yang tersiram hujan membawa ingatanku pada pada masa kecil dulu. Begitu bebas, indah, dan banyak kesempatan bagiku untuk tersenyum. Aku selalu berlari ke tanah lapang. Dan berbasah-basah ria. Terlalu asiknya terkadang sampai ibuku berteriak-teriak memintaku untuk menyudahi keceriaanku bermain bersama hujan, ia selalu khawatir dengan kesehatanku jika aku bermain hujan.
Sekarang aku lebih suka musim kemarau karena tidak ada hujan. Musim kemarau memberiku banyak ruang untuk bergerak kemanapun aku suka tanpa harus berteduh. Berteduh sama saja aku sudah kalah, sama saja aku telah dikalahkan oleh kenangan berteduhpun telah memasungku, bayangkan saja berapa waktu yang tersisa jika aku harus berhenti untuk berteduh dari perjalanan yang seharusnya sudah aku tempuh dan harusnya aku sudah menyelesaikan perjalanan hingga bermeter-meter jarak tempuhku. Aku memang berusaha untuk menjadi seorang yang dinamis, aku ingin orang tidak pernah mampu melacak keberadaanku. Detik ini aku disini sekian detik depannya aku sudah berada di lain tempat. Aku adalah tipe-tipe orang pekerja, meskipun saat ini aku hanyalah seorang pengangguran yang harus menafkahi anak istri. Menjadi seorang yang dinamis adalah pilihanku. Aku sama sekali tidak pernah berfikir apa yang aku dapat dari kesibukanku yang hanya ngalor-ngidul tanpa arah yang jelas, tapi aku yankin suatu saat aku pasti berguna. Ya hanya itu cita-citaku, ber-gu-na. Aku pernah menjadi seorang penulis lepas, namun pekerjaanku yang sebenarnya cukup menghasilkan itu harus mandeg karena media yang menjadi wadah aktualisasiku sebagai seorang penulis itupun mandeg, gulung tikar.
Masih saja aku termenung menerjemahkan satu persatu barisan air hujan yang merebahkan diri ke tanah. Sepertinya air itu merasa riang menari-nari setelah menyentuh tanah. Ah, mungkin ia belum tahu bahwa kehadirannya ditanah justru akan menghadirkan banyak masalah. Mungkin karena memang ia masih kecil baru tetesan saja, coba jika usianya sudah dewasa mungkin ia tidak akan seceria itu. Bahkan lebih nampak muram, hingga terkadang ia harus mengamuk secara tiba-tiba dan memporak-porandakan rumah, pohonan atau apa saja yang mencoba menghalangi setiap perjalanan air. Kalau sudah begitu ia akan menyita banyak perhatian banyak orang.
Hujan mulai berangsur reda. Sudah hampir satu jam aku berada di emper toko bersama Is. Selama itu pula hanya satu dua kalimat saling terucap diantara aku dan Is. Tidak banyak kata.
“Mas, hujan sudah mereda”
“Iya…”
“Aku pulang dulu ke kos, Mas”
“Iya…sudah sore aku juga mau meneruskan pengembaraanku”
Is bergegas, begitupun aku. Sampai saat ini aku tidak pernah tahu alasn apa yang mendorong is untuk menyewa kamar hotel padahal tempat kosnya hanya berjarak seratus meter dari hotel tersebut. Aku pun terus mengembara sampai saat ini.

HIDUP JANGAN DIBUAT SUSAH



Apakah hidup harus ditaklukan?. Apakah memang sekejam itu kehidupan. Bukankah menaklukan hidup sama saja kita memusuhinya?. Karena suatu ketika saya pernah mendengar ajakan seorang bijak yang mengatakan “Taklukanlah hidup dan gapai mimpimu...!”
Suatu ketika ditengah keberadaan saya yang sangat terpuruk, saya berfikir ternyata hidup itu kejam. Untuk itu aku harus menaklukkannya. Dengan pandangan seperti itu saya mencoba bangkit dari keadaan yang terpuruk, saya baru mencoba untuk bangkit. Mulai menata hidup dan kehidupan yang aku jalani. Dari hal kecil. Aku mencoba untuk melawan rasa kantuk, lelah, letih menjalani kehidupan. Aku mengurangi waktu untuk istirahat. Aku menggunakanya untuk melakukan gerakan-gerakan seperti usai bangun tidur aku menyalakan komputer, kemudian menulis apupun, menggambar garis menatanya sehingga menjadi sebuah grafis yang aku tak tahu akan aku apakan, atau hanya sekedar main games. Jika sudah bosan memelototi komputer, aku beranjak sembari menyalakan rokok laluberjalan yang perjalanannya itupun tanpa tujuan.
Membosankan memang. Tapi apalagi yang harus aku lakukan, untuk mematahkan kebosanan dan keterpurukanku ditengah keberadaan yang serba tak ada aku berprinsip “ aku harus melakukan apa saja, nilai apapun dari hal yang aku lakukan akan mengikuti dengan sendirinya. Kemudian suatu malam, menjelang tengah malam aku mengirim SMS ke 10 nomor yang tersimpan di Phone Book HP ku, tentunya ke 10 nomor tersebut tidak lain nomor-nomor temanku. Bunyi SMS tersebut seperti ini” Tolong gambarkan aku hanya dengan 1 kata” dari ke 10 nomor yang aku kirim SMS tersebut 8 diantaranya memberi jawaban meskipun ada yang menjawab bukan satu kata. 4 dari 8 jawaban dari orang tersebut mengatakan: 1.Aneh ( 0856413636xx ), 2.Satu ( 081 566 935xx) 3. LAPENDOS(088868033xx), 3. Air ( 0856404684xx ), 4. Ikhlas (0815480 75 7xx).
Ya, itu penilaian orang terhadapku. Aneh, Satu, LAPENDOS ( Laki-laki Penuh Dsa ), Air, ikhlas.
Dari penilaian tersebut kemudian aku berfikir bahwa ternyata dari ke 10 orang teman tidak ada yang mengatakan bahwa aku orang Susah. Okelah sekarang aku berkesimpulan bahwa kesusahan itu hanya ada dalam pikiran kita sendiri, toh jika kita berfikir kita baik-baik saja, maka kita pun akan seperti itu.
Sekarang aku tidak akan berupaya untuk menaklukkan hidup toh hidup bukan musuh yang kejam yang harus ditaklukkan, tapi hidup itu merupakan kwajiban yang harus dijalani sampai kita tidak hiduyp nanti.
Belajar dari Nicholo Machiaveli bahwa ia mengatakan “ aku belajar melakukan sesuatu ditengah keberadaanku yang serba tak ada” akupun berupaya untuk melakukan sesuatu itu.

Senin, Oktober 08, 2007

K-E-A-J-A-I-B-A-N


Keajaiban. Hemm, saat ini barang kali itu yang aku tunggu dan yang aku cari.

K-E-A-J-A-I-B-A-N. Ya, 9 huruf yang barangkali bisa merubah yang tidak ada menjadi ada, yang tidak bisa menjadi bisa, yang biasa menjadi luar biasa, yang belum terjadi menjadi terjadi.

Barang kali aneh jika “hari gini nunggu keajaiban…!”. Tapi, aku yakin suatu saat pasti dating keajaban kepadaku. Karena Tuhan masih kuasa dengan Kun Fa Yakun-Nya. Dan akan berubah segala yang aku ingini.

* * *

Saat malam menjelang jam 12 kurang 10 menit, malam hari pada H-5 lebaran. Masih saja aku berfikir tentang bagaimana aku seharusnya. Sepertinya setiap langkah yang aku lakukan pada hari-hari kemarin, hari ini, dan rencana untuk esok hari, masih saja terasa ada yang janggal.

“Apa?”

Aku baru sadar, ternyata mungkin saat ini aku aku termasuk kedalam kategori orang yang perlu dikasihani. Betapa tidak, seharusnya ini menjadi tahun pertamaku untuk berpuasa dan berlebaran dengan berkumpul bersama El malaikat kecilku dan istriku.

“Pulang nggak yah?” begitu bunyi sms yang setiap hari aku terima dari istriku dengan membahasakan El.

“Nggak tau”begitu pula aku selalu membalasnya.

Bingung, keinginan ini selalu ada. Bertemu, berkumpul, bercengkerama bersama anak istri yang sudah berbulan-bulan pergi.

Suatu ketika seorang sahabat mengirim sms ke Hp yang kalimatnya begini ;sabar nda (idiom khas semarangan untuk menyebut teman akrab) ga usah terlalu larut dalam kesedihan, ambil saja hikmahnya.

Ya, mungkin benar kata sahabatku pasti ada sesuatu dibalik semua ini. Tapi apa.

Oh,ya mungkin ini waktunya untuk deket dengan pacar-pacarku…aduh kok malah ngelantur……udahlah…..yang penting besok lebaran……..entahlah..

Sumpah…aku iklas banget ngucapin ini..

Kepada semua orang, teman, sahabat, relasi, partner kerja, Bos dan mantan bos, yang pernah terluka,

Kepada semua orang, teman, sahabat, relasi, partner kerja, Bos dan mantan bos, yang pernah tersinggung

Kepada semua orang, teman, sahabat, relasi, partner kerja, Bos dan mantan bos, yang pernah sakit hati

Kepada semua orang, teman, sahabat, relasi, partner kerja, Bos dan mantan bos, yang pernah kecewa

Kepada semua orang, teman, sahabat, relasi, partner kerja, Bos dan mantan bos, yang menyimpan dendam

Kepada semua orang, teman, sahabat, relasi, partner kerja, Bos dan mantan bos, yang menyimpan amarah


MOHON MAAF LAHIR BATIN ATAS DOSA DAN KHILAF SAYA, SEMOGA TUHAN MEMBERIKAN BERKAH DAN RIDHONYA KEPADA HAMBANYA YANG PEMAAF……AMIN.


Yang pasti keajaiban yang aku tunggu saat ini Tuhan menyatukan aku dan El






Minggu, September 30, 2007

Aku, Menjelang Lebaran


Lebaran hampir tiba. Disaat seperti ini semua orang yang akan merayakannya, tentu sudah mulai menyibukan diri untuk mempersiapkan segala sesuatu untuk menyambut hari kemenangan(bagi para pemenang tentunya)tersebut.

Anak-anak mulai mempersiapkan kata-kata untuk merayu orang tuanya agar dibelikan baju baru, celana, sepatu, sandal atau apa saja. Ibu-ibu biasanya sudah mulai “ancang-ancang” menghitung pengeluaran untuk anaknya, untuk kebutuhan dapur. Bukan hanya itu Ibu-ibu juga mulai berfikir tentang bagaimana menghias ruang tamu, mempersiapkan jamuan. Sang Bapak bertugas bersih-bersih rumah, mencabut rumput-rumput yang tumbuh liar dihalaman dan samping-samping rumah, mulai mengecat ulang tembok rumah yang sudah usang. Para remajapun mulai mengatur jadwal bersama “pacar-pacarnya”(kalau punya?!). Itu biasa.

Yang merasakan susah biasanya para penganggur. Ya, para pengangguran alias orang-orang yang tidak memiliki penghasilan tetapi membutuhkan “pengeluaran”. Akibatnya, ada sebagian orang yang berlomba-lomba untuk menjadi orang miskin kemudian, berlomba-lomba “berakting” menyedihkan untuk mengharap belas kasihan para dermawan yang melintas di perempatan lampu merah, di masjid-masjid, dan diberbagai tempat yang sekiranya banyak dikunjungi para dermawan. Saya rasa hal yang demikian itu agak sedikit lumayan bermartabat meskipun, usaha yang mereka lakukan dengan menjual kemiskinan. Ya, usaha menjual kemiskinan dan keprihatinan itu saya kira lebih bermartabat disbanding para pengangguran yang tiba-tiba menjadi berutal, tiba-tiba menjadi rampok, maling, begal, copet, penipu, pokoknya menjadi seorang kriminil dadakan dengan alasan untuk memenuhi kebutuhan lebaran;kasihan!!. Fenomena menjadi Aktor kemiskinan dan kriminil dadakan itu dapat di lihat di tayangan berita di televisi-televisi. Biasanya angka para gelandangan, pengemis dan pelaku kriminal akan meningkat menjelang lebaran.

Meski demikian kita tidak bisa serta-merta menyalahkan orang-orang tersebut. Kitapun juga tidak bisa begitu saja bisa menyalahkan pemerintah yang sudah dengan susah payah melakukan korupsi..eh..maaf, maksud saya sudah bersusah payah membantu masyarakat untuk “mentas” dari kemiskinan.

Diantara sekian kesibukan menjelang lebaran diatas, diantaranya aku pernah menjadi pelakunya. Menjadi seorang anak, pernah. Menjadi seorang remaja, pernah dan saat ini aku menjadi 2 pelaku sekaligus yakni menjadi orang tua untuk anakku El-yang kini berada di Pekanbaru-dan penganggur. Dan apa yang harus aku lakukan? Menjual kemiskinan untuk kebutuhan anak istri atau…..????.

Rabu, September 12, 2007

Selasa, September 11, 2007

”MARHABAN YA RAMADHAN”



Kedatangan bulan ramadhan kurang beberapa hari lagi. Bagiku ini adalah ramadhan untuk yang ke 24 sejak aku dilahirkan ke dunia. Tidak ada yang istimewa tapi, sepertinya aku merasakan sesuatu yang mengganjal di hati-bukan karena aku tidak suka bulan puasa.

Bagiku ini kali adalah ramadhan pertama dengan menyandang predikat seorang ayah. “Uh.....berat!!!”. Seharusnya aku menghabiskan hari-hari puasa bersama anak istriku. Dibangunkan seorang istri saat sahur dan melihat istri memasak didapur saat menyiapkan menu buka puasa.


“terus aku harus bagaimana?”.


Anakku El, berada di sebuah kota yang jauh bersama istriku. Kadang kami berjumpa hanya melalui suara saja. Tentunya saat aku menelponnya. Tapi dalam semingguaku menelpon bisa dihitung dengan jari. Males benar aku menelpon. Bukan kerana apa-apa, hanya saja aku pasti akan semakin kangen.

Terkadang aku berfikir....apakah El nantinya akan mengenaliku sebagai ayahnya. “Oh , El.....”

Atau mungkin karena perasaan kangen ini sudah sedikit terobati oleh orang..........ehm....ehm.....ehm....


Bangsat kamu....orang siapa...Ayo ngaku.....!!!!”


Bagiku inipun ramadhan pertama dengan menyandang predikat ayah bagi anakku El. Meski tingkat ketaatanku menjalankan perintah Allah sangat tipis aku tetap bahagia menyambut datangya bulan puasa....”MARHABAN YA RAMADHAN”


“Met berpuasa ya El,Bun dan juga pacar-pacar gelapku........AKU SAYANG KALIAN SEMUA...”


Hua....ha.....ha.....ha......MERDEKA!!!

Minggu, September 02, 2007

NO PROBLEMO...........

"namaku Meutya Safira El Hafidz. Ayah, Bundaku memanggiku El. Ini aku waktu aku mau mandi....hehehe..lucukan...."

Jumat, Agustus 31, 2007

AKU, ISTRIKU, KEKASIHKU DAN EL...


Seberapa hebat perasaan rindu kepada seorang kekasih, ternyata rindu ayah kepadamu mengalahkan segalanya, nak…”

Entah kenapa aku benar-benar merasa yakin. Menjadi seorang Aku yang seperti saat ini, pasti bukan pilihan. Terjerembab di jurang kerinduan yang dalam kepada seorang El, malaikat kecilku. Betapa seharusnya saat ini aku berbahagia, bercanda dengan anak perempuan pertamaku. Terlepas dari perasaan apakah sebenarnya aku masih betul-betul mencintai istriku.

Tepatnya El, berusia empat bulan kurang tujuh hari saat ia bersama istriku meninggalkanku pergi ke rumah mertuaku di Pekanbaru, Riau.

Aku tidur di ruang tamu memeluk bantal guling El. Malam ini bau kecut keringat El masih ada. Tapi, mulai pudar. Memang tak biasanya aku tidur diruang tamu. Aku melihat mainan El, boneka monyet yang mendiamkannya saat ia merengek minta tetek ibunya, baju-baju cantik, perlak dan kelambu yang sedikit rusak hanya itu yang masih tertinggal dan menumbuhkan kenangan-kenanganku bersama El dan istriku.

Terkadang aku menyalahkan Tuhan disaat seperti ini. Aku merasa jika Tuhan selalu menggunakan haknya untuk menghukum hambanya dan bagiku ini bukan keadilan “atau memang seperti ini keadilan Tuhan?”. Ah, entahlah yang penting saat ini aku merasakan kehancuran untuk yang kesekian kalinya. Aku dipaksa untuk menghadapinya.


***



Selasa, Agustus 28, 2007

BONEKA ULIL UNTUK ELHA

“Nak, hari ini Ayah tidak membawakanmu boneka. Bukan karena tidak mau. Orang tua mana yang tak ingin melihat putri kecilnya bermain dengan mainan kesukaannya. Nak Ayah janji akan membawakanmu boneka ulil untukmu. Kali ini maafkan ayah...”

Minggu, Agustus 26, 2007

SYAL YANG MASIH JATUH DI LEHERMU

- perempuan yang aku panggil cle

Tidak ada yang tahu

Perjalanan menuju sore masih terjal

matahari pun berangsut pergi

Membawa syal ku sore itu

Tidak ada luh yang menjadikan perjalanan

Makin pagi

Sehelai syal masih jatuh di lehermu

Oh,

Apakah pantas aku menyebutmu kekasih


Sore, kian hilang aku tersesat

Kisah kita larut seperti gula di secangkir teh

Aku tersesat,tak menyisa jejak

Sampai pada sebuah gedung yang masih bisu

Syal merah jambu yang masih jatuh dilehermu

menjadi saksi

Aku pernah mencintaimu

Oh,

Manisku biar gemulai tangan

Dan manja matamu tercecer di sepanjang lontar

Waktu akan senantiasa menghukum kita

Waktu mengeriputklan senyum manismu, manisku

Hingga kealpaan menghapus kisah murah Julius Caesar dan Cleopatra


Simpan syal

Di rak paling dalam hatimu jangan ceritakan pada angin,

Suatu saat akan kucerita pada Gusti


Semarang, agustus 2006








SEPERTI TERBANG

- BSP


sudah berapa abad aku tinggalkan bumi, lalu hidup di awan awan; sejak aku mengenalmu (mungkin)
-ah bukan
masih ingat betul aku mengenalmu di perempatan yang selalu menampakkan muka letihnya, di bawah akasia, di siang yang asing.
hari ini pun aku masih merasa hidup di bumi
sebagai makhluk bumi menelan waktu bersamamu di bumi hingga berapa waktu lalu
sampai disini

sepertinya kita baru saja bercinta !

semarang, 2004













HIJRAH

jika aku sudah dibunuh oleh kata-kata
yang menjebakku di ruang labirin maka biarkan aku membangkai diantara sajak-sajakku

semarang, 2004


Melukis Senja di Tepi Danau

cemara menari di danau
bulan menemani
camar menuju sangkar
(kepak sayap menjadi siluet di wajahnya)
langit datar menjadi latar

danau tenang, benderang
sesekali air memercik
oleh satu dua daun yang rebah (mungkin lelah)
alang alang lebih megah dari lereng ungaran

kapan kau temani aku melukis pelangi!


lereng ungaran, 2 juli 2004




SURAT DARI KOTA LAMA

Hujan membingkai lukisan cinta
berjejer rapi meriapi ujung perbukitan
mengalir, berakhir pada lembah
yang tak sunyi lagi
memasung dua ruh yang harus lebur jadi satu
dan pada kesaksian ku telah kau cipta peradaban baru

sekarang belajarlah cara menaklukan hutan, membelah perbukitan, mengenali batu-batu.
esok ketika matahari merangkak dari timur perbukitan ceritakan padaku bahwa akan kau bangun taman gantung babylonia di lembah bodas; tentu saja dengan cinta tanpa jeda

biarkan aku menjelma colombus mengarungi samudra, menjinakkan ombak dan badai yang tak kenal siapa dan pada ketetapannya ia temukan daratan amerika atau sepertimu membelah perbukitan menaklukan hutan melebur batu-batu lalu kau temukan lembah yang penuh cinta karena tak ada cinta di kota lama

lembah bodas,13 juni 2004
(kepada yg berbahagia Ari Bubut)



Sabtu, Agustus 25, 2007

Ayah kangen kamu el...

Sekarang El sudah berusia 5 bulan. Berarti sudah 1 bulan ini aku tidak mengetahui perkembangannya. Sejak El berusia 4 bulan kami berpisah. El diajak bundanya ke Pekanbaru. Padahal aku ingin senantiasa mendampingi El, mengamati perkembangan El. Uh...El, malaikat kecilku yang kini berada di kota yang jauh bersama bundanya. Ayah kangen kamu El.......